Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

Keprihatinan Mendalam

Gambar
Kemiskinan disinyalir menjadi penyebab merosotnya moral BATAK. Kasus ini terjadi di Toba (seperti dikisahkan oleh Amang Ir. Parlin Sianipar M.S.c.).  Selama sepuluh tahun di Toba, beliau sudah menangani seratus masalah yang sama. Anak diperkosa orang-orang terdekat, Paman, Ayah Kandung, Ompungnya! Orang BATAK memegang prinsip Hamoraon, Hagabean, Hasangapo n. Entah kapan prinsip ini dimulai saya tidak tahu namun menurut saya semboyan ini memiliki bahaya latent. Orang BATAK bisa saja menyusun penjelasan yang baik tentang makna Hamoraon, Hagabeon, Hansangapon tapi semboyan ini baiknya diredupkan karena mendorong orang untuk mengejar kekayaan hingga (bisa) lupa moralitas harus dijunjung di dalam mencari kekayaan. Sesungguhnya terdapat semboyan yang lebih luhur; Somba Marhulahula, Manat Mardongan Tubu, Elek Marboru yang dikenal dengan Dalihan Natolu. Ini lebih baik, mencegah relasi yang tidak pantas antara kerabat dekat, tentu jika ini dipahami dengan semangat roh adat BATAK yang mur...

Tahi Bonar Simatupang

Oleh Halomoan Siburian Saya terlahir di suatu tempat yang beriklim sangat sejuk di Dataran Tinggi Toba, di sebuah desa yang bernama desa Lumbanbarat, saat itu (ketika saya lahir), desa ini berada di wilayah administrasi Kecamatan pembantu Paranginan, dimana kecamatan induknya adalah Lintong Nihuta, kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara. Saat ini, Paranginan sudah menjadi satu kecamatan yang defenitif dan berada di bawah administrasi pemerintahan kabupaten Humbang Hasundutan – Propinsi Sumatera Utara. Saya terlahir sebagai seorang anak yang bermarga Siburian, saat itu – dan hingga kini, desa kami dihuni oleh mayoritas bermarga Siburian, ada dua tiga keluarga yang bukan bermarga Siburian tapi masih termasuk “sonduk hela” . Di sebelah desa kami, ada dua desa yang juga adalah desanya klan Siburian, ada desa yang lain yang didominasi oleh marga Sianturi, dan ada desa lain yang menjadi desanya orang-orang bermarga Togatorop. Perlu diketahui bahwa Togatorop, Sianturi dan Siburia...

SOHOT - Dasar Pernikahan Adat BATAK Toba

Gambar
Semua orang BATAK adalah raja. Ucapan itu sudah sering kita dengar. Itulah mengapa seorang istri BATAK yang adalah istri raja disebut juga Soripada (Sri Paduka/permaisuri). Raja dalam konsep BATAK adalah juga seorang ahli di profesi masing-masing. Kita mengenal istilah Raja Bondar, Raja Panungkunan, Raja Parhata yang masing-masing dapat diterjemahkan sebagai Ahli Tata Air, Ahli Hukum dan Juru Bicara Adat.  Tahukah anda bahwa kalimat Gokhon dohot Joujou di setiap undangan yang disebar di kalangan BATAK berasal dari kata  Gonghon dohot Joujou yang berarti   memukul gong sambil mengumumkan? karena begitulah dahulu cara mengundang, memukul gong sambil mengumumkan.  Kata Samot yang dulu berarti harta atau modal yang diberikan kepada pengantin sebagai bekal berumah tangga yang oleh karenanya berbentuk kerbau, tanah dan barang produksi lainnya, kini berubah menjadi Sinamot yang berarti Mahar?. Atau pernahkah anda menyadari Sohot pada kata Marhasohotan  berasal dari ...

Mandok Hata

Gambar
Mandok hata merupakan kebiasaan masyarakat BATAK meyampaikan kata sambutan ataupun isi hati kepada seseorang atau sekumpulan orang dalam suatu kegiatan tertentu seperti saat Ibadah Rumah Tangga Pergantian Tahun, Pesta Kawin, Penghiburan di kala duka maupun suka namun juga kegiatan-kegiatan lainnya.  Biasanya mandok hata dilakukan secara bergiliran , mulai dari yang paling muda hingga ke yang paling tua (dituakan), mulai dari pihak boru hingga ke pihak hulahula . Durasi mandok hata tiap-tiap orang tidaklah memiliki aturan baku, bisa saja sangat singkat namun juga bisa panjang sesuai isi hati yang ada. Sering kali terjadi apa yang telah disampaikan oleh seseorang diulang kembali oleh orang yang berikutnya. Penyampaian yang terlalu panjang atau berulang-ulang sering menimbulkan kebosanan bagi orang yang mendengar. Mandok hata di Bona Taon Ada beberapa manfaat yang menurut saya dapat "dipetik" dari kebiasaan ini. Pertama, setiap individu BATAK didorong untuk  menyampaikan pe...

Tantangan Generasi Tua BATAK Mewariskan Budaya

Gambar
Kelahiran , Perkawinan dan Kematian adalah tiga hal utama yang selalu diwarnai dengan kebiasaan ataupun seremonial budaya. Kegiatan ini berbeda dari satu kelompok dengan kelompok lainnya. Suku Bangsa BATAK secara umum tentu menginginkan budaya dan adat istiadat BATAK tetap lestari dan dipraktikkan oleh generasi penerus, khususnya pada ketiga kegiatan tersebut. Namun, apakah generasi berikutnya mau menerima tugas pelestarian budaya tersebut, saat ini sepertinya mendapatkan tantangan yang cukup besar. Kebutuhan ekonomi dan pendidikan tampaknya jauh lebih besar daripada kebutuhan pelestarian budaya.  Perubahan di segala bidang baik di Indonesia maupun di dunia global terjadi sangat cepat. Teknologi digital telah melingkupi segala bidang kehidupan. Generasi muda dituntut untuk segera menguasai teknologi komputer, internet dan media sosial kalau tidak mau ketinggalan. Penguasaan ini, tidak lagi hanya melalui jalur formal bangku sekolah atau lembaga ketrampilan namun Individual saat ini ...